Cerita Mereka yang Mendulang Berkah dari Hujan di Jakarta

Hujan sudah reda di Jakarta. Di Terowongan Semanggi, Saeful (39), teliti menghitung lembar demi lembar uang yang diperolehnya hasil menjual jas hujan dan ojek payung. Sementara di dekatnya, istrinya, Yani (38), menyantap nasi bungkus dengan lahap.

Setelah selesai menghitung uang, Saeful kemudian membeli dua gelas kopi keliling yang melintas. Senyum merekah dari wajahnya. Baginya, hujan benar-benar membawa berkah. Dia bisa tidur nyenyak malam ini di jalanan, tanpa khawatir besok makan apa.

"Rp 700 ribu," kata Saeful kepada Yani pada Kamis (4/12).

Jika banyak orang mencari tempat berteduh saat hujan deras, Saeful justru berangkat dari tempatnya berteduh. Dia membawa 24 buah jas hujan dan satu payung lalu berkeliling di sekitar Polda Metro Jaya dan SCBD. Saat jas hujan sudah habis terjual, dia lantas beralih kerja menjadi ojek payung.

"Kalau ojek payung ya kalau misalnya udah habis, baru jadi ojek payung itu," ucap dia.

Jas hujan dihargai seharga Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu tergantung jenisnya. Sementara, untuk jasa ojek payung, dia tak mematok tarif tertentu. Namun, pernah satu kali, dia menerima uang Rp 250 ribu dari seorang polisi yang memakai jasanya.

"Itu polisi. Dikasih 50 terus 50 lagi. Pokoknya sampai kelar ke gedung promoter, dari satu orang itu doang itu Rp 250 ribu. Itu kalau lagi untung ya," kata dia.

"Tapi kalau gak dapet yang begitu ya dapat seadanya doang. Kadang ada yang ngasih goceng, ceban," lanjut pria asal Sulawesi Tenggara itu.

Saeful mengatakan jas hujan yang dijualnya dibeli dari seseorang. Saat disinggung soal harga asli jas hujan yang dibelinya, dia enggan mengungkap. Dia hanya berdoa agar hujan sering turun deras di Jakarta.

"Itu (harga asli) rahasia perusahaan. Semoga besok hujan lagi lah," ungkap dia sambil tertawa.

Hal yang sama dikatakan temannya, Abdul (29). Dia juga mendapat keuntungan hingga ratusan ribu hasil menjual jas hujan dan menjadi ojek payung. Sambil bercanda, ia mengungkap mimpinya beli tanah di PIK bermodal jualan jas hujan.

"Kalau tiap hari bisa ke beli lah tanah di PIK," kata dia diiringi tawa.

Di balik semrawutnya Jakarta ketika hujan turun, ternyata ada orang-orang yang mendapat berkah. Abdul dan Saeful tersenyum semringah di antara klakson dan kemacetan yang terjadi usai hujan.